Rabu, 02 November 2016

Para (orang) Normal Activity

     "Aaarghh siaal... Eh salah salah, aduuh," Ujarnya kesal namun tak bisa melampiaskannya.
     "Ups,"
     Hampir semua anak di kelas memperhatikan kelakuannya (yang tidak biasa). Mereka saling melempar pandang dalam diam, namun setelah itu kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Beda halnya dengan tiga anak lelaki berbadan besar yang malah mendekat ke arahnya dengan senyum penuh makna tersirat.
     "Ray, coba jelasin ke kita,"
     "Apa aja yang keluar dari mulutmu waktu di ruang BK," yang satu menimpali. Sambil berdecih pelan dan menengadahkan kepala, ia menarik nafas panjang layaknya seorang kakek yang siap mendongeng.

     Beberapa saat lalu,

     "Rayhan, bisa kamu tolong ambilih absensi ibu di kelas kamu, nak? " Pinta wanita muda dari seberang kelas.
     "Psst psst! Rayhan! " Sekelompok anak lelaki bertubuh besar memelototinya disertai gestur yang berarti "Pokoknya jangan bilang apa-apa! " padanya.
     Dengan mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan yang sepertinya akan terjadi, ia melangkah menyeberangi kelas. Melewati berbagai rintangan jalan yang berlubang, dengan semangat berlari zig zag saat melewati lapangan agar tidak terkena bola nyasar dari anak-anak yang sedang bermain voli, melompati pot bunga pemakan serangga yang mungkin bisa melahapnya, dan saat kakinya menyenggol salah satu bola tenis yang entah datang dari mana, ia pun terjatuh.
     Namun TIDAK!! Dia masih bisa berdiri ! Berusaha berlari walau kakinya terkilir, dan nyaris sampai ke tempat tujuan. Sekelompok anak lelaki bertubuh besar sempat menyemangati aksinya itu bersorak girang penuh rasa kemenangan. Bahkan sampai bertepuk tangan. Orang di sekitar mereka pun merasakan seperti tengah berada dalam efek slow motion.
     Rayhan, dengan hasil perjuangannya berhasil membawa secarik kertas yang diminta. Lembar absensi yang sebenarnya hanya untuk basa basi. Setelah menyerahkan kertas tersebut seorang guru laki-laki menyeret tangannya, memaksanya tuk masuk. Menutup pintu ruangan (lebih tepatnya menbanting), serta jendela beserta gordennya. Sekelompok anak lelaki tadi langsung berubah ekspresinya menjadi frustasi, kegagalan dan penghayatan yang dramatis.
     Sementara Rayhan, dirinya sudah duduk di depan meja yang diletakkan lampu bertegangan tinggi di atasnya. Mengarah ke mukanya.
     "Rayhan," Suara berat itu muncul dari orang yang menariknya.
     "Apa benar, kamu di ajak Dion CS ke game center waktu ada berita GTA V yang rilis itu? Minggu, tanggal xx bulan xx 20xx?" Lanjutnya. Rayhan hanya menunduk, menyembunyikan mata dan terutama.. ekspresinya. Dalam hal ini (di interogasi guru Bimbingan Konseling yang notabene 11-12 dengan psikolog) menyembunyikan ekspresi, menghindari tatap mata, dan bernafas dengan teratur adalah hal dasar untuk menghindari body language yang mencolok, sehingga diri kita tak mudah dibaca.
     "JAWAB BAPAK DENGAN JUJUR! " Rayhan yang tadinya setengah melamun memikirkan hal dasar tersebut tersentak saat guru itu bertanya dengan menaikkan volume suaranya disertai pukulan ke meja.
     "Enggak kok, pak." Jawabnya dengan tenang. Walau jantungnya dag-dig-dug der alias doki doki.
     "Saya waktu minggu ikut ayah saya, pak." Lanjut Rayhan.
     "Hoo, gitu. Ke mana memangnya? " Volume suara guru tadi melembut 180 derajat dan seakan yang barusan itu hanya gertakan.
     "Ke kota, pak. Udah gitu naiknya delman istimewa dan duduk di muka." Lanjut Rayhan yang malah cekikikan.
     Lama berlalu, percakapan mereka jadi melantur kemana-mana. Mulai dari ini inu sampai akhirnya beruban menjadi acara curhat. Sesekali Rayhan sampai menangis membicarakan kedua orang tuanya ketika guru itu memotongi bawang merah tanpa lilin.
     Dua jam pelajaran terlewat hanya untuk itu. Sekelompok anak lelaki di luar menunggunya keluar sambil berkali-kali melirik jam tangan lalu menyenandungkan doa dan wirid lengkap beserta tasbihnya. Namun melihat Rayhan yang keluar dengan mata sembab, mereka langsung takut.

     Flashback off

(Berlanjut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar